Pemerintah Indonesia dan Rusia menyepakati kontrak pembelian enam jet tempur Sukhoi Su-30MK2. Kesepakatan tersebut menjadi langkah penting untuk mewujudkan satu skuadron Sukhoi di Indonesia.
Kesepakatan tercapai setelah Rusia bertemu dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara (AU) di sela-sela acara Langkawi International Maritime & Aerospace (LIMA) di Malaysia. Seorang sumber yang dikutip surat kabar Kommersant mengungkapkan, kontrak pembelian pesawat dapat ditandatangani paling cepat akhir tahun ini.
“Bahkan sebelum tahun baru kami berharap untuk menandatangani kontrak akhir untuk memasok enam Sukhoi Su-30MK2 ke Indonesia,” kata sumber dalam harian tersebut.
Belum diketahui mekanisme pembelian jet tempur canggih itu,apakah tunai atau kredit. Sumber itu juga tidak menyebutkan nilai kontrak karena tergantung dari sistem persenjataan yang dipasang di pesawat.
Kommersant menyatakan, seorang sumber dari delegasi Indonesia menyatakan bahwa nilai kontrak diperkirakan bernilai sedikitnya USD500 juta. Rosoboronexport, perusahaan eksportir senjata Rusia, menolak memberikan komentar mengenai proses negosiasi. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sebelumnya mengungkapkan, Indonesia membutuhkan satu skuadron Sukhoi terdiri atas 16 pesawat.
Su-30MK2 akan difungsikan sebagai jet tempur serang maritim. Kepala Dinas Penerangan AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus menyatakan, pengadaan enam pesawat Sukhoi sudah menjadi program TNI AU. Pesawat itu akan melengkapi 10 Sukhoi yang kini sudah dimiliki Indonesia sehingga nantinya genap menjadi satu skuadron yang ditempatkan di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Kendati demikian, Azman mengaku belum mengetahui bahwa sudah terjadi kesepakatan untuk segera menandatangani kontrak dengan Rusia. “Kita memang ikut ke sana (LIMA), KSAU (Marsekal Imam Sufaat) yang berangkat. Malam ini baru pulang, saya belum diberi tahu informasinya,” kata dia di Jakarta, tadi malam.
Menurutnya, proses pengadaan Sukhoi ini berada di bawah kendali Kementerian Pertahanan (Kemhan). “Saya tidak tahu pasti kapan pengadaannya. Kalau saya katakan 2014, nanti dari Kemhan punya pertimbangan lain dan bilang tidak 2014. Untuk spesifikasinya saya kira sama dengan yang sudah kita punya,”tuturnya.
Adapun pihak Kemhan menampik kabar tersebut. “Memang kita sempat bertemu (dengan pihak Rusia) waktu di Malaysia itu.
Dirjen Renhan (Direktur Jenderal Perencanaan Pertahanan) yang bertemu. Ya biasalah mereka menawarkan produknya.Tapi semuanya baru pembicaraan saja, belum ada rencana penandatanganan kontrak,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin. Kemungkinan, lanjut dia, pembicaraan itu masih akan berlanjut pada tahun mendatang.
“Saya tidak tahu pasti, yang tahu itu dari TNI AU. Itu programnya TNI AU,” ujarnya menjawab pertanyaan tentang berapa intens pembicaraan sampai sekarang ini dan bagaimana mekanisme pembiayaan yang ditawarkan pemerintah untuk pengadaan itu.
0 comments:
Posting Komentar