WARUNG mie di pasar Tsukiji ini kejam juga. Penjualnya tidak menyiapkan kursi sama sekali. Hanya tersedia semacam penutup drum dan di sanalah, kalau mau, silakan makan. Tidak ada kursi.
Tapi dasar. Mie kuahnya enak banget. Karena itulah, pembeli siap antre beberapa saat, lalu antre lagi tempat untuk sekadar meletakan mangkok berisi mie kuah yang panas.
Kios kecil penjual mie ini terletak di bagian luar Tsukiji, pasar ikan terbesar di Tokyo. Lambangnya saja ikan tuna raksasa. Dengan melihat gambar tuna itu, kita tahu, ini pasar ikan. Di Indonesia, pasar ikan dikenali dari baunya.
Saya belum melihat pasar ikan di Indonesia diberi lambang ikan. Itulah. Mungkin karena pasar kita diberi nama pemerintah. Namanya menjadi tempat pelelangan ikan, TPI. Ah, kayaknya nama televisi saja.
Di Tsukiji, ikan dijual dalam kondisi membeku, disimpan dalam gabus. Tidak ada bau amis, lantai pun tidak becek oleh air cucian ikan.
Ikan adalah tulang punggung bangsa Jepang. Tiada makanan tanpa ikan.
Bagi yang terbiasa mengonsumsi ikan seperti warga Makassar, Anda tidak akan menemukan masalah apapun dengan makanan Jepang.
0 comments:
Posting Komentar