(Foto: gettyimages)
ANAK dari ibu dengan HIV positif punya risiko besar terinfeksi HIV dari sang ibu. Besaran risiko tertular mencapai 45 persen, mulai dari tahap kehamilan, persalinan, dan menyusui.
Bagi ibu dengan HIV yang telah sampai pada tahap menyusui, pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi menjadi dilema tersendiri. Perasaan was-was muncul di mana asupan makanan penuh gizi dari tubuh sang ibu justru menjadi media masuknya virus HIV.
Anggota World Health Organization (WHO) sekaligus konsultan ahli program Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), Bagus Rahman Prabowo menerangkan, ASI dari ibu HIV positif mengandung pula HIV.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa HIV dalam ASI tidak otomatis menginfeksi bayi yang mengonsumsinya. Air susu ibu tetap bermanfaat bagi bayi. Ibu dengan HIV tetap punya peluang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.
Tentu dengan catatan khusus. Saat memberikan ASI kepada bayi, sang ibu harus memastikan tidak ada kondisi peradangan pada tubuh bayi, utamanya pada organ-organ pencernaan bayi yang dilewati ASI, seperti mulut, tenggorokan, usus, dan lain-lain.
"Sebisa mungkin memang ASI eksklusif enam bulan tetap diberikan," katanya pada diskusi media “Perluasan Dukungan Bagi Anak Terinfeksi dan Terdampak HIV/AIDS” di RS Hasan Sadikin, Bandung, Rabu (30/11/2011).
Untuk memastikan tidak ada organ pencernaan dalam bayi yang mengalami peradangan, terang Bagus, bayi yang diberi ASI oleh ibu dengan HIV positif tidak boleh diberi makanan pendamping ASI apapun selama enam bulan. Setelah pemberian ASI dihentikan sepenuhnya, barulah bayi bisa diberi susu formula.
"Tidak boleh diberi makanan tambahan apapun, tidak boleh di-mix dengan makanan luar karena bisa meningkatkan peluang terinfeksi HIV karena inflamasi sebesar 40 persen," tegasnya.
Sementara, Manager dan Konselor Klinik Teratai RS Hasan Sadikin Bandung Nirmala Kesumah mengatakan, bayi dari ibu dengan HIV positif lebih bagus mencari ibu ASI, artinya mencari wanita lain yang bisa menyusui si bayi.
"Tapi harus dipastikan bahwa perempuan itu tidak HIV positif juga," tutupnya. (ftr)
Bagi ibu dengan HIV yang telah sampai pada tahap menyusui, pemberian air susu ibu (ASI) kepada bayi menjadi dilema tersendiri. Perasaan was-was muncul di mana asupan makanan penuh gizi dari tubuh sang ibu justru menjadi media masuknya virus HIV.
Anggota World Health Organization (WHO) sekaligus konsultan ahli program Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), Bagus Rahman Prabowo menerangkan, ASI dari ibu HIV positif mengandung pula HIV.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa HIV dalam ASI tidak otomatis menginfeksi bayi yang mengonsumsinya. Air susu ibu tetap bermanfaat bagi bayi. Ibu dengan HIV tetap punya peluang memberikan ASI eksklusif selama enam bulan kepada bayinya.
Tentu dengan catatan khusus. Saat memberikan ASI kepada bayi, sang ibu harus memastikan tidak ada kondisi peradangan pada tubuh bayi, utamanya pada organ-organ pencernaan bayi yang dilewati ASI, seperti mulut, tenggorokan, usus, dan lain-lain.
"Sebisa mungkin memang ASI eksklusif enam bulan tetap diberikan," katanya pada diskusi media “Perluasan Dukungan Bagi Anak Terinfeksi dan Terdampak HIV/AIDS” di RS Hasan Sadikin, Bandung, Rabu (30/11/2011).
Untuk memastikan tidak ada organ pencernaan dalam bayi yang mengalami peradangan, terang Bagus, bayi yang diberi ASI oleh ibu dengan HIV positif tidak boleh diberi makanan pendamping ASI apapun selama enam bulan. Setelah pemberian ASI dihentikan sepenuhnya, barulah bayi bisa diberi susu formula.
"Tidak boleh diberi makanan tambahan apapun, tidak boleh di-mix dengan makanan luar karena bisa meningkatkan peluang terinfeksi HIV karena inflamasi sebesar 40 persen," tegasnya.
Sementara, Manager dan Konselor Klinik Teratai RS Hasan Sadikin Bandung Nirmala Kesumah mengatakan, bayi dari ibu dengan HIV positif lebih bagus mencari ibu ASI, artinya mencari wanita lain yang bisa menyusui si bayi.
"Tapi harus dipastikan bahwa perempuan itu tidak HIV positif juga," tutupnya. (ftr)
0 comments:
Posting Komentar